Syair
05.09 | Author: Iky ^_^ Chan
.:Puisi dan Syair:.

Syair Ali Bin Abi Thalib

Awal peristiwa dari pandangan mata,
Laksana setitik bara api,
Saat mata mengembara,
Laksana jilatan api,
Perlahan namun pasti,
Menerkam semua pemandangan,
Merasuk pikiran terbayang – bayang,
Hasrat pasti mewujudkan impian,
Bermain – main mereguk kesenangan,
Berbuah gemilang dosa

Syair Rabi’ah Al-Adawiyah

Jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka-Mu,
Maka bakarlah aku dengan api jahanam.
Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga-Mu,
Maka haramkanlah aku memasukinya.
Namun jika aku beribadah kepada-Mu karena cinta kepada-Mu saja,
Maka janganlah engkau haramkan aku untuk menyaksikan wajah-Mu.
Duhai Tuhan, jadikanlah neraka itu untuk musuh-musuh-Mu,
Dan surga untuk para kekasih-Mu,
Sedangkan untuk aku, cukup Engkau saja,
Ya Rabb ………


Syair Rabi’ah Al-Adawiyah

Wahai Kegembiraanku,
Wahai Cita-citaku,
Wahai Tiang Penyanggaku,
Wahai penghiburku,
Wahai Persiapanku,
Wahai Yang Menjadi Tujuanku,
Engkaulah ruh hatiku,
Engkaulah harapanku,
Engkaulah penghiburku,
Rindu kepada-Mu adalah bekalku
Jika Engkau meridhai aku,
Wahai harapan hatiku
Telah Nyata kebahagiaanku

Syair Ali Ibnu Abdul Aziz

Wahai orang yang berselimut kebahagiaan teruslah meneteskan air mata
Menangislah dalam ketertawaan awan yang mencekam jiwa
Dunia penuh dengan aroma kebahagiaan, keindahan dan kedamaian
Berjuta cita – cita menyejukkan akal pikiran
Ketenangan, kenikmatan dan kebahagiaan selalu kurasakan
Setelah kuharamkan diri dari kemaksiatan
Diriku masih condong kepada hingar bingar nafsu birahi dari kehinaan
Telah kusiapkan untuk perbaikkan
Dia berkata, “inilah minumanmu,”
Kujawab, “aku telah melihatnya,”
Tetapi jiwa yang lepas membawa kehausan yang merana
Rona kehidupan dunia tak pernah lepas dari noda dan dosa
Pertanyaan selalu membayangi mereka, apa dan kenapa dirinya ada
Diriku telah menjadi orang hina dan nista, hingga tak berdaya
Aku telah mengadu kepada jiwa yang memancarkan ketenangan dan kemuliaan
Setiap kilauan menggetarkan nyali nadiku
Tak semua orang di dunia ini mensyukuri nikmat dari Tuhanku

Bila cinta memanggilmu, turutilah bersamanya

Kendati jalan yang mesti engkau sangat keras dan terjal
Ketika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimu
Ketika ia bertututr kepadamu, maka percayalah padanya
Wlalaupun suaranya akan memporandakan mimpi-mimpimu laksana angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman
Cinta akan memahkotai dan menyalibmu
Menyuburkan dan mematikanmu
Membubungkanmu terbang tinggi, mengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik dan menerbangkanmu ke wajah matahari
Namun cinta juga akan mencekik dan menguru-uruk akar-akarmu sampai tercabut dari perut bumi
Serupa dengan sekantong gandum, cinta menyatukan dirimu dengan dirinya
Melolosmu sampai engkau bugil bulat
Mengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmu
Melumatmu untuk memutihkanmu
Meremukkanmu sampai engkau menjelma liat
Lantas,
Cinta akan membopongmu ke kobar api sucinya
Sampai engkau berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada Tuhan
Cinta melakukan semua itu hanya untukmu sampai engkau berhasil menguak rahasia hatimu sendiri
Agar dalam pengertianmu itu engkau sanggup menjadi bagian dari kehidupan
Jangan sekali-kali engkau ijinkan ketakutan bersemayam di hatimu
Supaya engkau tidak memperbudak cinta hanya demi meraup kesenangan
Sebab memang akanjauh lebih mulia bagimu
Untuk segera menutupi aurat bugilmu dan meninggalkan altar pemujaan cinta
Memasuki alam yang tak mengenal musim
Yang akan membuatmu bebas tersenyum, tawa yang bukan bahak, hingga engkaupun akan menangis, air mata yang bukan tangisan
Cinta tak akan pernah menganugerahkan apa pun kecuali wujudnya sendiri
Dan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali wujudnya sendiri itu pula
Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai
Lantaran cinta terlahir hanya demi cinta
Manakala engkau bercinta, jangan pernah tuturkan “Tuhan bersemayam di dalam lubuk hatiku.”
Namun ucapkanlah “Aku tengah bersemayam di dalam lubuk hati Tuhan.”
Jangan pula engkau mengira bahwa engkau mampu menciptakan jalanmu sendiri.
Sebab hanya dengan seijin cintalah jalanmu akan terkuak
Cinta tidak pernah mengambisikan apapun kecuali pemuasan dirinya sendiri
Tetapi bila engkau mencintai dan terpaksa mesti menyimpan hasrat, maka jadikanlah hasratmu seperti ini:
Melumatkan diri dan menjelma anak-anak sungai yang gemericik mengumandangkan tembang ke ranjang malam
Memahami nyerinya rasa kelembutan
Berdarah oleh pandanganmu sendiri terhadap cinta
Menanggung luka dengan hati yang penuh tulus nan bahagia
Bangkit di kala fajar dengan hati mengepakkan sayap-sayap
Dan melambaikan rasa syukur untuk limpahan hari yang berbalur cinta
Merenungkan muara-muara cinta sambil beristirahat di siang hari
Dan kembali di kala senja dengan puja yang menyesaki rongga hati
Lantas, engkaupun berangkat ke peraduanmu dengan secarik doa
Yang disulurkan kepada sang tercinta di dalam hatimu
Yang diiringi seuntai irama pujian yang meriasi bibirmu.

*Kahlil Gibran*

“Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta… Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur itu. Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencoba untuk membohongi dan yang telah menyelimuti rahasia-rahasia hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan katakan pada mereka bahwa aku telah bunuh diri karena putus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berpikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih jiwaku… sebelum orang-orang melihat tubuhku… Ciumlah aku… ciumlah, Layla…” (Kahlil Gibran)

(Syair Rabi,ah Al Adawiyah)

Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu,
Hingga tak ada sesuatupun menggangguku dalam jumpa-Mu,

Tuhanku, bintang-bintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istanapun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kauterima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak hingga aku dihimpit duka
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu kulakukan
Selama Kauberi aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu
Andai Kauusir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu.
This entry was posted on 05.09 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: